Halaman

Selasa, 25 Februari 2014

Gitu Yah.!! Kisah Legenda Batu Menangis

Juri Rakyat
Cerita Rakyat | Sejarah | Misteri | Unik & Seru // via fulltextrssfeed.com 
Shop Tervis tumblers.

Create a one of a kind personalized gift. It's fun and easy to design!
From our sponsors
Kisah Legenda Batu Menangis
Feb 25th 2014, 08:05, by A dmin

"Kenapa harus malu, Nak? Bukankah aku ini Ibu kandungmu?" tanya sang Ibu.

"Ibu seharusnya berkaca. Lihat wajah Ibu yang sudah keriput dan pakaian ibu sangat kotor itu! Aku malu punya Ibu berantakan seperti itu!" seru Darmi dengan nada merendahkan Ibunya.

Mendengar kata-kata sang anak, Ibu sontak menjadi sangat sedih. Namun tetap saja Ia menuruti.

Kata-kata putrinya itu. Setelah itu, berangkatlah mereka secara beriringan. Si Darmi berjalan didepan, sedangkan Ibunya mengikuti dari belakang dengan membawa keranjang. Meskipun keduanya ibu dan anak, penempilan mereka sangat berbeda. Seolah-olah mereka bukan keluarga yang sama.

Sang Anak terlihat cantik dengan pakian yang bagus, sedangkan sang Ibu kelihatan sangat tua dengan pakaian yang sangat kotor dan penuh tambalan.

Di tengah perjalanan, Darmi bertemu dengan temannya yang tinggal di kampung lain.

"Hei, Darmi! Hendak ke mana kamu?" tanya temannya itu.

"Kepasar!" jawab Darmi dengan pelan.

"Lalu siapa orang di belakangmu itu? Apakah di ibumu? tanya lagi temenya sambil menunjuk orang tua

yang membawa keranjang.

"Tentu saja bukan ibuku! Dia adalah pembantuku" Darmi dengan nada sinis.

Laksana disambar petir orang tua itu mendengar ucapan putrinya. Tapi dia hanya terdiam sambil menahan rasa sedih. Setelah itu, keduanya pun melanjutkan perjalanan menuju kepasar. Tidak beberapa lama berjalan mereka bertemu lagi dengan seseorang.

"Hei Darmi! Hendak kemana kamu?" tanya orang itu.

"Hendak kepasar," jawab Darmi singkat

"Siapa yang dibelakangmu itu?" tanya lagi orang itu.

"Dia pembantuku," jawab Darmi mulai kesal dengan pertayaaan-pertanyaan itu.

Jawaban yang di lontarkan Darmi itu membuat hati ibunya sangat sedih. Tapi, sang ibu masih kuat menahan rasa sedihnya. Begitulah yang terjadi terus-menerus selama dalam perjalanan menuju ke pasar. Akhirnya, sang Ibu berhenti lalu duduk dipinggir jalan.

"Bu! Kenapa berhenti?" tanya Darmi heran.

Beberapa Darmi bertanya, namun sang Ibu tetap saja tidak menjawab pertanyaannya. Sesaat kemudian Darmi melihat mulut ibunya komat-kamit menengadahkan kedua tangan ke atas.

"Hai, Ibu sedang apa?" tanya Darmi dengan nada membentak.

Sang Ibu tatap saja tidak mau menjawab pertanyaan anaknya, Ia tetap berdoa kepada Tuhan agar menghukum anaknya yang durhaka itu.

"Ya, Tuhan! Ampunilah hambamu yan lemah ini. Hamba sudah tidak sanggup lagi menghadapi sikap anak hamba yang durhaka ini. Berikanlah hukuman yang setimpal kepadanya!" doa sang Ibu.

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions